Ya, mungkin itulah kalimat yang diucapkan sebagian laki-laki
terhadap kami, perempuan. Kalimat yang menimbulkan stigma bahwa semua perempuan
itu sama. Kalimat yang kami dengar dari mereka, generasi patah hati. Dari
mereka, yang putus asa. Dari mereka, yang lupa akan tanggung jawabnya.
Semua perempuan
itu matre! Perempuan hanya memikirkan uang, uang dan uang. Bisanya hanya menghambur-hamburkan
uang ! Menghabiskan uang pasangannya dengan beli barang yang tidak penting ! Tidak.
Tidak semua
Mari kita
berbicara soal realita. Dimana uang adalah “sumber” kehidupan. Di era milenial
seperti sekarang, semua butuh uang bukan ? Buang air kecil saja dihargai dua
ribu, buang air besar tiga ribu, mandi lima ribu. Kenapa saya hafal ? Karena
itu adalah contoh kecil dari realita yang saya sebutkan dan tanpa kita sadar
ada di sekeliling.
Jika
disetarakan, semua gender juga begitu kan ? Sebagai contoh, perempuan yang
seorang beauty enthusiast yang
mengoleksi make-up, di salahkan
karena dianggap tidak berguna bla bla bla. Lalu laki-laki yang suka mengoleksi action figure, barang-barang automotive, vapor, kaos dari brand yang sama, dll, menolak disalahkan karena
mengatasnamakan hobi. See ?
Dalam
lingkup sebuah hubungan. Apa semua gratis ? Wakuncar setiap malam minggu, butuh
uang untuk beli bensin. Nonton film di bioskop yang sedang booming, butuh uang untuk beli tiket. Makan malam romantis, atau
bahkan makan malam biasa, semua butuh uang.
Ya, memang
semua butuh uang. Tapi tidak semua perempuan menuhankan uang.
Masih banyak
perempuan-perempuan mandiri yang mampu menghidupi kebutuhannya bahkan kebutuhan
orang lain. Sebagai contoh, direktur utama di tempat saya bekerja adalah
seorang perempuan, seorang single mother,
mampu menjadi pioneer untuk perempuan
di sekitarnya dan menunjukan bahwa keberhasilan dan kemandirian tidak dibatasi
oleh gender. Lalu ibu saya, single mother
yang mampu membimbing anak-anaknya dan menjadi tulang punggung keluarga. Perempuan
yang bekerja bukanlah perempuan yang melawan kodratnya, melainkan mereka mampu
untuk tidak bergantung kepada orang lain, tidak seperti asumsi masyarakat
kebanyakan.
Untuk
laki-laki. Bijaklah dalam menilai, tidak semua perempuan selalu memprioritaskan
uang. Pintarlah dalam berfikir, karena kelak, laki-lakilah yang akan mencari
nafkah untuk perempuan. Karena berkoar tentang “perempuan itu matre” adalah
ungkapan dari ketakutan dan ketidakmampuan anda sebagai seorang laki-laki.
Untuk
perempuan. Berfikir dewasalah, karena tidak semua laki-laki bisa dibodohi. Berhentilah
jadi perempuan manja yang hanya bisa meminta tanpa mau berusaha. Tidak ingin di
cap sebagai pengemis bukan ?
Diposting juga di Kompasiana
Diposting juga di Kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar