Kamis, 06 April 2017

Review Film "Danur : I Can See Ghost"



Setelah sekian abad lamanya saya vakum untuk nonton film horror Indonesia, akhirnya akhir pekan kemarin saya beranikan diri untuk menonton film ini.
Pertama, karena penasaran sama tokoh yang diperankan oleh yang “katanya” adalah the next suzanna nya Indonesia, Shareefa Danish.
Saya cukup bernafas lega karena tahu bahwa film adaptasi dari novell berjudul sama karya Risa Saraswati ini sama sekali nggak mengandalkan adegan-adegan aahh ahhh hmmmp hmmpp sebagai penarik minat penonton seperti film horror Indonesia kebanyakan. 


Film ini diawali dengan perkenalan sang tokoh utama, Risa yang memiliki kemampuan dapat melihat dunia dimensi lain alias indigo. Sedari kecil Risa selalu ditinggal sendiri dirumahnya dan hanya ditemani oleh satu orang pembantu dan satu orang tukang kebun, Ayahnya sibuk bekerja dan dinas keluar negeri yang hanya pulang setiap  6 bulan sekali, sedangkan Ibunya sibuk merawat Neneknya yang sakit-sakitan dan harus bolak-balik ke rumah sakit. Di malam ulang tahun yang ke 8, dengan merayakan hanya seorang diri, Risa membuat permohonan untuk bisa mempunyai teman yang bisa menemani disaat-saat kesendiriannya.


Tak berapa lama setelah ia mengucapkan permohonan itu, muncul lima orang anak kecil keturunan Belanda yang sedang bermain dirumahnya yang saat itu belum Risa sadari bahwa mereka berbeda dunia. Di malam itulah sema bermula, awal dari sebuah kisah persahabatan anak manusia dengan anak-anak dari dunia berbeda. Keanehan-keanehan mulai muncul, bersamaan dengan semakin eratnya persahabatan Risa dengan “teman barunya”. Lima anak itu, Peter, William, Hans, Hendrick dan Janshen semakin lama semakin membuat Risa lupa akan kesedihan dan kesepiannya selama ini, keceriaan dan senyuman mulai tergambar di wajah murungnya.
Ibunya yang menyadari adanya keanehan pada diri Risa yang sering terlihat tertawa dan berbicara sendiri, meminta bantuan temannya yang seorang psikolog. Namun nihil kerena permasalahan yang sesungguhnya bukan soal psikis, si Tukang Kebun yang juga menyadari keanehan pada Risa menyarankan untuk memanggil Mbah, orang pintar kenalannya. Risa yang polos dan menyangka bahwa teman temannya itu adalah tetangganya mulai merasa curiga. Tidak ada yang bisa melihat teman-temannya itu kecuali ia sendiri. Perlahan namun pasti, cerita masa lalu dari teman-temannya mulai terkuak. Mereka bercerita sendiri bahwa mereka adalah keluarga belanda yang tinggal di Indonesia, lalu mati sadis karena dibunuh oleh tentara Jepang. 


Intensitas ketegangan mulai bertambah ketika adegan Risa akan loncat dari balkon untuk bergabung dengan teman-temannya demi bisa bersama mereka selamanya. Ibunya dan sudah bersama si Mbah dengan cepat mencegah Risa melompat. Risa memberontak,si Mbah menutup mata Risa dan menjelaskan bahwa mereka bukanlah dari dunia kita. Risa yang memang sudah mengetahuinya semakin memberontak dan mengatakan bahwa mereka baik, si Mbah kemudian memberitahu Risa untuk membuka matanya dan menunjukan wujud asli mereka yang sebernarnya. Risa membuka mata dan seketika berteriak lalu pingsan. Ia kaget melihat teman-temannya tidak seperti apa yang ia lihat selama ini, mereka pucat menyeramkan dengan luka dan darah disekujur tubuhnya
Lupakan segala ekspektasi tentang film ini akan sekeren dan seheboh novellnya. Karena cara penuangan cerita pada novell dan film tentulah berbeda. Apa yang dituliskan pada novel memaksa kita untuk menggambarkan sendiri adegan demi adegan pada kalimat yang tertulis di setiap bagian , diajak untuk bermain dengan dunia khayal yang membuat kita merasakan sensasi sendiri dalam mendalami sebuah cerita. Sedangkan pada film kita disuguhkan sebuah tontonan yang memang sudah begitu adanya tanpa harus membayangkan sendiri. 

Di film ini penonton seperti dipaksa untuk merasakan ketegangan bukan dari cerita, melainkan dari sound effect yang bikin jantung saya loncat kabur keluar bioskop dan ngungsi ke planet Jupiter. Oke sekip.Juga penggambaran suasana yang suram dari awal hingga akhir film. Latar belakang cerita juga tidak ditampilkan secara jelas disini, semua seperti visualisasi dari inti yang terdapat pada novellnya. Alur cerita juga simple, tidak berlarut-larut dan mudah ditebak.  
Cerita kemudian melompat dan Risa sudah bertransfomasi menjadi seorang remaja yang diminta Ibunya untuk merawat Neneknya yang sudah lemah di rumah masa kecilnya dulu, berdua bersama adiknya, Riri.


Winner point pada di film point ini adalah ketika tokoh Mbak Asih yang diperankan oleh Shareefa Danish muncul di pertengahan film. Sosok Mbak Asih berperan sebagai pengasuh baru Neneknya, yang tiba-tiba muncul di depan rumah di kala hujan lebat. Totalitas akting Shareefa Danish dalam memerankan Mbak Asih patut diacungi jempol, meski terasa Ia belum benar-benar menghilangkan karakter Ibu Dara di film yang pernah diperankannya dulu, Rumah Dara. Tidak salah memang jika Ia mendapatkan gelar Best Actress di Puchon Film Festival berkat perannya di film Rumah Dara.

 Wajah dingin dengan tatapan tajam dan ditambah dengan gesture tenang dan misterius cukup untuk memunculkan atmosfir horror pada setiap adegan yang memunculkan sosok Mba Asih. Dia diem nggak ngapa-ngapain aja udah nyeremin, ngeri ngeri ngeselin gitu.
Siapakah Mba Asih ? Kenapa tiba-tiba Ia muncul ? Bersiaplah untuk menerima kenyataan bahwa Mba Asih adalah kunci dari segala keanehan  yang terjadi sejak malam kemunculannya. 

For all, film ini cukup layak untuk ditonton dan dihargai karena mampu memunculkan nuansa horror bukan dari makeup karakter hantu dan iming-iming porno belaka. Sebuah perkembangan pada dunia perfilman horror Indonesia yang rata-rata hanya menjual sensasi belaka. 
Menurut saya, nilai 7 dari 10 cukup untuk skor akhir film ini.


2 komentar:

  1. Cyaaaat!!
    Sebagai penggemar film dan drama mellow-mellow gemas, saya tidak akan sudi menengok film-film horror sendirian, Bel. Hahaha.
    Entah, dari periode Pocong Mumun sampai generasi saat ini, saya tak sudi tengok-tengok genre yang setipe dengan film yang sedang dirimu re-view. Wakakak.
    Mungkin lain cerita kalau film horror luar. Dan kalau nontonnya ramai-ramai macam di layar tancep mungkin beda lagi ya, pasti ya bakal saya tonton. Iya. Karena ramai-ramai nontonnya. Wkwkwkkw

    Cie akhirnya ada yang buka web.
    Mantap. Saya entah kenapa jadi merasa ada temannya. Ahuyy.
    Semoga konsisten ya, Bel.
    Jangan kayak saya yang sudah menelantarkan blog saya nggak tahu waktu. Wakakakak.

    Semangaaaat!!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah jadi jemaah di blog ini mbak nur.. Iya makannya klo mau nonton yg horror tapi takut sendirian aku siap pasang badan kok :p
      Iyaakk mari kita hidupkan kembali dunia perblogan or pergoblogan nakanak tkj, semangad!!!

      Hapus

COPYRIGHT © 2017 · PERMANA BELLA | THEME BY RUMAH ES