Kamis, 27 April 2017

Dilema Jakarta




Perdebatan batin yang kini menyeruak ke lini masa. Membabi buta menyerang opini siapa saja yang menentangnya.

Yang seagama tapi pandai berkata atau yang mereka sebut “kafir” tapi bekerja nyata ?

Yang janji hunian DP Rp. 0 atau yang mengubah sarang maksiat jadi tempat olah sehat ?

Banyak sekarang, netizen yang menyebarkan kebencian dengan mengatasnamakan sebuah agama. Mengklasifikasi masyarakat dengan golongan si pintar dan si bodoh. Yang pilih A, dijamin masuk surga, hidupnya tenteram blablabla. Yang pilih si B, cuma karena nerima amplop dan blablabla. Begitu terus. Bukan, ini bukan perang antar kaum minoritas dan mayoritas, ini tentang perbedaan opini masyarakat tentang siapa yang sanggup memimpin Jakarta untuk menjadi lebih baik lagi.

Wajar, Indonesia adalah Negara penganut Islam terbesar di dunia yang hidup dengan berpedoman Al-Quran dan hadist-hadist nabi.  

Mari kita ingat kembali surat Al-Maidah ayat 51:

Allah Ta’ala berfirman,


 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
 

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi auliya bagimu; sebahagian mereka adalah auliya (pemimpin) bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi auliya, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.” (QS. Al-Maidah: 51)


Ada pepatah, “nila setitik rusak susu sebelanga

Mungkin inilah pepatah yang tepat untuk Pak Ahok, kinerja dan segudang prestasi dalam mendandani semrawutnya Jakarta dengan singkatnya rusak oleh lidahnya sendiri. Saya sendiri memang cukup dikecewakan dengan statement yang pernah diucapnya sewaktu di Kepulauan Seribu, tapi lama kelamaan saya mulai memaklumi, toh namanya juga manusia pasti ada khilafnya, beliau pun sudah menyampaikan permintaan maafnya. Pak Ahok kan non muslim jadi tidak tahu menahu secara dalam tentang agama Islam, wajar jika salah paham, tapi ya tetap saja caranya salah. Eh, tapi ada hikmahnya juga kan ? Yang tadinya asal pilih tanpa tahu babat bebet bobotnya, sekarang setelah kasus penistaan agama jadi banyak yang menguak lebih dalam soal calon pemimpin Jakarta dan banyak juga yang sekarang jadi tahu Surat Al-Maidah bahkan banyak yang mulai mendalaminya.

Warga Jakarta, apa lupa dengan perubahan yang dibawa Pak Ahok ?


 1. Normalisasi sungai

Sebelum Pak Ahok

Sesudah Pak Ahok


Sebelum Pak Ahok, belum ada gubernur Jakarta yang membawa perubahan seberani dan senyata ini, seperti saat masih menjabat, Pak Ahok gencar melaksakan program anti banjir dengan berbagai kegiatan, seperti; mengeruk sungai-sungai yang sudah mengalami pendangkalan, membentuk “pasukan” khusus untuk mengangkut bertonton sampah yang ada di sungai, juga merelokasi warga yang tinggal di bantaran sungai ke tempat yang lebih layak.


2. Berkurangnya praktek korupsi di panggung pemprov DKI


Seperti yang kita tahu, populasi tikus berdasi memang sudah merajalela di kalangan pemerintah. Tilep menilep uang rakyat seperti sudah menjadi budaya dan dilakukan dengan tanpa rasa takut. Berleha leha dibalik jas branded, juga dandanan neccis. Menikmati jutaan tetes keringat rakyat yang sudah jadi bentuk rupiah, dengan perlahan mengikis anggaran proyek APBN dan APBD yang telah “direkayasa” sedemikian rupa. Peranan Pak Ahok cukup berani, membabat habis tersangka-tersangka dan melelang jabatan bagi siapa yang ketahuan korupsi. Membuat kapok dan takut bagi yang berani melanggar.


3. Merapihkan PKL di pasar grosir terbesar di Asia Tenggara

 Sebelum Pak Ahok

Sesudah Pak Ahok

Pasar Tanah Abang terkenal dengan pasar terlengkap, bahkan mendapat tittle seperti judul diatas, pasar terbesar se-Asia Tenggara. Tapi di Jakarta pasar ini lebih terkenal pasar seribu PKL. Di tangan Pak Ahok, PKL liar yang membludak ke jalan raya sudah mulai dirapihkan dan diberikan tempat yang lebih layak, juga tidak mengganggu pejalan kaki dan pengguna jalan. Sekarang, bisa dirasakan sendiri, PKL di Pasar Tanah Abang menjadi lebih terawat.


4. Mengubah sarang maksiat jadi taman kota
  
Sebelum Pak Ahok

Sesudah Pak Ahok

Kalijodo memang dikenal sebagai kawasan hiburan malam dan prostitusi di Jakarta. Berkali-kali dilakukan pembinaan dan peneguran tapi hasilnya nihil. Perputaran bisnis disana masih terus dijalankan. Cuma Pak Ahok yang berani dan mampu memberantas kawasan “panas” itu. Dengan sepak terjangnya, kini kawasan Kalijodo bertransformasi menjadi Taman yang asri, dengan area jogging dan juga skate park. Terpampang nyata bukan ?

Empat point diatas hanya beberapa dari sekian banyaknya perubahan yang terjadi di Jakarta. Dari jabaran tersebut, tidak salah jika warga Jakarta dan sekitarnya menjadi dilema. Memilih pemimpin non muslim dengan kinerja super atau pemimpin muslim tetapi tidak amanah ? Kemana harus mencondongkan diri ? Kearah mana kita tunduk ? Nurani atau logika?

Tapi, ah semua sudah terlanjur. Hajatan demokrasi pun telah usai dan menyisakan Pak Anies dan Pak Sandy sebagai pemenang. Banyaknya polemik dan pro kontra terkait akan jadi apa Jakarta nanti biarkanlah waktu yang menjawab. Kita doakan saja, siapapun pemimpinnya akan selalu membawa kebaikan dan kemajuan terhadap Ibukota Jakarta.


Referensi :







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

COPYRIGHT © 2017 · PERMANA BELLA | THEME BY RUMAH ES