Perdebatan batin yang kini menyeruak ke lini masa. Membabi
buta menyerang opini siapa saja yang menentangnya.
Yang seagama
tapi pandai berkata atau yang mereka sebut “kafir” tapi bekerja nyata ?
Yang janji
hunian DP Rp. 0 atau yang mengubah sarang maksiat jadi tempat olah sehat ?
Banyak
sekarang, netizen yang menyebarkan kebencian dengan mengatasnamakan sebuah
agama. Mengklasifikasi masyarakat dengan golongan si pintar dan si bodoh. Yang
pilih A, dijamin masuk surga, hidupnya tenteram blablabla. Yang pilih si B,
cuma karena nerima amplop dan blablabla. Begitu terus. Bukan, ini bukan perang
antar kaum minoritas dan mayoritas, ini tentang perbedaan opini masyarakat
tentang siapa yang sanggup memimpin Jakarta untuk menjadi lebih baik lagi.
Wajar,
Indonesia adalah Negara penganut Islam terbesar di dunia yang hidup dengan
berpedoman Al-Quran dan hadist-hadist nabi.
Mari kita
ingat kembali surat Al-Maidah ayat 51:
Allah
Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ
بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ
إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi auliya bagimu; sebahagian mereka adalah auliya (pemimpin) bagi
sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi
auliya, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.” (QS.
Al-Maidah: 51)
Ada pepatah, “nila setitik rusak susu sebelanga”
Mungkin inilah pepatah yang
tepat untuk Pak Ahok, kinerja dan segudang prestasi dalam mendandani semrawutnya
Jakarta dengan singkatnya rusak oleh lidahnya sendiri. Saya sendiri memang
cukup dikecewakan dengan statement
yang pernah diucapnya sewaktu di Kepulauan Seribu, tapi lama kelamaan saya
mulai memaklumi, toh namanya juga
manusia pasti ada khilafnya, beliau pun sudah menyampaikan permintaan maafnya.
Pak Ahok kan non muslim jadi tidak tahu menahu secara dalam tentang agama
Islam, wajar jika salah paham, tapi ya tetap saja caranya salah. Eh, tapi ada hikmahnya juga kan ? Yang
tadinya asal pilih tanpa tahu babat bebet bobotnya, sekarang setelah kasus penistaan
agama jadi banyak yang menguak lebih dalam soal calon pemimpin Jakarta dan banyak
juga yang sekarang jadi tahu Surat Al-Maidah bahkan banyak yang mulai
mendalaminya.
Warga
Jakarta, apa lupa dengan perubahan yang dibawa Pak Ahok ?
1. Normalisasi sungai
Sebelum Pak Ahok
Sesudah Pak Ahok
Sebelum Pak Ahok, belum ada gubernur Jakarta yang membawa
perubahan seberani dan senyata ini, seperti saat masih menjabat, Pak Ahok
gencar melaksakan program anti banjir dengan berbagai kegiatan, seperti;
mengeruk sungai-sungai yang sudah mengalami pendangkalan, membentuk “pasukan”
khusus untuk mengangkut bertonton sampah yang ada di sungai, juga merelokasi
warga yang tinggal di bantaran sungai ke tempat yang lebih layak.
2. Berkurangnya praktek korupsi di panggung pemprov DKI
Seperti yang kita tahu, populasi tikus berdasi memang sudah
merajalela di kalangan pemerintah. Tilep
menilep uang rakyat seperti sudah menjadi budaya dan dilakukan dengan tanpa
rasa takut. Berleha leha dibalik jas branded,
juga dandanan neccis. Menikmati
jutaan tetes keringat rakyat yang sudah jadi bentuk rupiah, dengan perlahan
mengikis anggaran proyek APBN dan APBD yang telah “direkayasa” sedemikian rupa.
Peranan Pak Ahok cukup berani, membabat habis tersangka-tersangka dan melelang
jabatan bagi siapa yang ketahuan korupsi. Membuat kapok dan takut bagi yang
berani melanggar.
3. Merapihkan PKL di pasar grosir terbesar di Asia Tenggara
Sebelum Pak Ahok
Sesudah Pak Ahok
Pasar Tanah Abang terkenal dengan pasar terlengkap, bahkan
mendapat tittle seperti judul diatas,
pasar terbesar se-Asia Tenggara. Tapi di Jakarta pasar ini lebih terkenal pasar
seribu PKL. Di tangan Pak Ahok, PKL liar yang membludak ke jalan raya sudah
mulai dirapihkan dan diberikan tempat yang lebih layak, juga tidak mengganggu
pejalan kaki dan pengguna jalan. Sekarang, bisa dirasakan sendiri, PKL di Pasar
Tanah Abang menjadi lebih terawat.
4. Mengubah sarang maksiat jadi taman kota
Sebelum Pak Ahok
Sesudah Pak Ahok
Kalijodo memang dikenal sebagai kawasan hiburan malam dan
prostitusi di Jakarta. Berkali-kali dilakukan pembinaan dan peneguran tapi
hasilnya nihil. Perputaran bisnis disana masih terus dijalankan. Cuma Pak Ahok
yang berani dan mampu memberantas kawasan “panas” itu. Dengan sepak terjangnya,
kini kawasan Kalijodo bertransformasi menjadi Taman yang asri, dengan area
jogging dan juga skate park. Terpampang nyata bukan ?
Empat point diatas hanya
beberapa dari sekian banyaknya perubahan yang terjadi di Jakarta. Dari jabaran tersebut,
tidak salah jika warga Jakarta dan sekitarnya menjadi dilema. Memilih pemimpin
non muslim dengan kinerja super atau pemimpin muslim tetapi tidak amanah ?
Kemana harus mencondongkan diri ? Kearah mana kita tunduk ? Nurani atau
logika?
Tapi, ah semua sudah terlanjur. Hajatan demokrasi pun telah usai dan
menyisakan Pak Anies dan Pak Sandy sebagai pemenang. Banyaknya polemik dan pro
kontra terkait akan jadi apa Jakarta nanti biarkanlah waktu yang menjawab. Kita
doakan saja, siapapun pemimpinnya akan selalu membawa kebaikan dan kemajuan
terhadap Ibukota Jakarta.
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar