Mobile
Legends atau mesra dipanggil ML. Game RPG yang sampai saat ini kian digandrungi
banyak orang. Terus dimainkan tanpa kenal usia, gender dan yang terparah, tanpa
kenal situasi.
Pernah saya menyaksikan sendiri bagaimana asiknya seorang remaja tanggung yang memainkan game ML di tengah jalan raya.
Pernah saya menyaksikan sendiri bagaimana asiknya seorang remaja tanggung yang memainkan game ML di tengah jalan raya.
Tidak
membahayakan. Karena sedang lampu merah.
Yang bahaya
adalah Ibu-Ibu pengendara Toyota Yaris Merah di belakangnya dengan lantangnya
berteriak
“Wey jalan, Su
!”
Disaat lampu
hijau mulai menyala dan remaja ML itu masih sibuk dengan handphonenya. Anak kecil di samping saya yang saat itu
sedang dibonceng ibunya, tiba-tiba bertanya
“Bu, Su itu apa?”“Ooh, yang dibilang Ibu-Ibu tadi ya ? Itu maksudnya susu.” Jawabnya santai dengan tatapan masih fokus ke jalan raya“Susu ? Aku gak paham, Bu.” Katanya sambil menyeruput es teh sisri yang dibungkus plastik.“Iya, Ibu-ibu yang tadi nyuruh cepet-cepet jalan karena susunya kepanasan.”“Ooh gitu.”
Percakapan yang
nirfaedah tapi cukup membuat saya tersenyum kecut sambil ikut merasakan
kecanggungan Ibu-Ibu Mio Hitam dan kekesalan Ibu-Ibu Yaris Merah.
Mobile
Legends seperti sudah menjadi kebiasaan yang naik level menjadi kebutuhan.
Kebutuhan primer ? Kebutuhan sekunder ? Kebutuhan biologis ? Ya bukan lah. Kalo
itu beda ML. Biarpun sama-sama ena, tapi ini
beda konteks.
Terus terang,
saya sendiri sedikit kesal dengan manusia, hewan atau apapun itu yang main ML
tanpa liat situasi dan kondisi.
Biar
gini-gini, saya juga ( pernah ) punya pacar. Awal-awal sih masih adem ayem, situasi
aman terkendali, hati masih tertib dan komunikasi masih lancar jaya. Tapi
setelah ( mantan ) pacar saya mulai kenalan dengan si ML, semuanya mulai
berubah. Tidak se-ena dulu
Komunikasi
yang tadinya sehari sekali, kemudian berubah jadi 3 hari sekali. Itupun saya
duluan yang mulai, saya tanya kenapa, jawabannya “Aku lagi main mobile legends.”
Pernah ketika saya sedang nonton film di bioskop, di tengah adegan sedang klimaks klimaksnya, dia sempet sempet nya main ML. Oke jadi dia mengeluarkan uang 180 ribu hanya untuk bisa main ML di bioskop.
Pernah ketika saya sedang nonton film di bioskop, di tengah adegan sedang klimaks klimaksnya, dia sempet sempet nya main ML. Oke jadi dia mengeluarkan uang 180 ribu hanya untuk bisa main ML di bioskop.
Pernah juga
ketika kami sudah janjian untuk kondangan. Kami janjian jam 3, saya sudah rapih
dari jam 2 dan dia baru bilang otw pas jam 4. Saya tanya kok belum jalan,
jawabannya “Aku lagi main mobile legends.”
Minta
dikatain.
Dimana mana
main ML. Lagi makan main ML. Lagi ngapel main ML. Sampe lagi di mobil pun main
ML. Kau pacari lah sana hempon kau beserta charger dan segala tetek bengeknya.
Please atuh
lah, main ML sewajarnya aja.
Kemudian setelah
saya telaah dan melakukan riset. Akhirnya saya menemukan fakta mengejutkan
dibalik “Aku lagi main mobile legends”, berikut saya rangkum :
“Aku lagi
main mobile legends.” bukan hanya sebuah alasan, tapi menyimpan sesuatu yang
tersirat di dalamnya. Jika dikatakan ketika situasi sedang santai maka itu
wajar. Tapi jika dikatakan berulang ulang sampai tak terasa sudah 5 hari
terlewati tanpa ada kabar darinya maka anda berhak untuk curiga.
Karena “Aku lagi main mobile legends” bisa jadi dia sedang mencari pelampiasan dalam hubungan yang mulai terasa membosankan
“Aku lagi
main mobile legends” bisa jadi ia sedang tidak ingin diganggu, terutama oleh
anda.
“Aku lagi
main mobile legends” bisa jadi kalimat simple yang dinilai dapat menyudahi pertengkaran dan menjadi jawaban atas
pertanyaan “Kenapa akhir-akhir ini kamu jadi cuek?”
“Aku lagi
main mobile legends” bisa jadi hanya alasan kalo dia lagi sama yang lain. Oke
kalo ini opsional.
Nggak
apa-apa si sebenarnya, toh semua orang punya hobinya masing-masing. Main hempon
terus kan bukan berarti main ML, siapa tau soal bisnis dan lain lain. Horang
sibuk mah kan gitu, kutek kitek kutak kitek main hempon.
Tapi, jika
pasangan anda sudah mulai menunjukan ciri-ciri seperti yang diatas, apalagi
jika ia menempatkan ML sebagai prioritas utama dan menomor sekiankan
kewajibannya, melewatkan solat misalnya, maka berhati-hatilah. Patut di curigai dan
dilakukan investigasi.
Siapa tau
dia bukan hanya ingin main game, tapi juga pengen udahan.
Yha!
Kan sedih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar