Kamis, 18 Januari 2018

Manusia Setengah Tongkol



Pernah nggak si, kalian ketemu orang yang merasa mengenal kalian lebih dari diri kalian sendiri ?

Saya baru-baru ini ketemu orang seperti yang saya sebutkan diatas. Mari kita panggil saja manusia ini dengan sebutan Mukidi.  

Jadi begitu ketemu, yang pertama Mukidi minta adalah telapak tangan, di copot, di simpen lalu dibawa pulang. 

Nggak nggak.

Dia minta untuk saya menunjukan telapak tangan saya. Mukidi mengaku kalo dia punya kemapuan “membaca” orang lain, saya penasaran, penasaran akan apa yang katanya “dibaca” itu benar atau nggak. 

Selanjutnya telapak tangan saya di teliti, di bolak balik sampai tiba tiba dia diam beberapa saat. Dia merem.

“Mas jangan tidur.”
“Nggak Mbak, saya lagi nerawang.”

Lalu Mukidi mengungkapkan banyak hal, mulai dari karakter saya, kebiasaan-kebiasaan saya, bahkan masa lalu saya. Dan menurut saya, semua yang dia bilang itu umum banget dan gak spesifik. Contoh :

 Kamu itu baik dan penyabar ( semua manusia mau seburuk apapun itu pasti punya sisi baik dan sabar)

Masa lalumu itu ada yang indah dan nggak indah, sampai sekarang kamu masih ada sedikit trauma dari masa lalumu. ( yah Mas, ini mah kambing lagi bertelor juga tau. Logikanya, manusia mana yang nggak punya masa lalu ? )

Udah, seputaran itu itu aja yang dia bilang. Ingin rasanya saya berbisik ke telinganya sambil berkata “Mas, kembalikan 30 menit berharga saya”. Buang buang waktu banget nggak sih. 30 menit itu kalo saya pake ngalis wah udah sempurnah luar biasah itu alis sayah.

Iya saya paham dengan yang namanya sixth sense atau indra keenam dan saya percaya itu. Tapi saya juga punya feeling, mana yang beneran punya dan mana yang mau cari muka. Kalo sixth sense itu anugerah, maka feeling pun sama.

Kenapa saya bilang Mukidi ini nggak beneran punya sixth sense adalah karena rata-rata “ramalannya” itu salah.

Mbak nggak suka hal yang menantang ya ? ( dak juga, saya malah suka tantangan )

Mbak nggak suka sayuran ya ? ( oh sungguh, sayuran adalah cemilan favorit saya )

Mbak penuh ke hati-hatian kalo ngomong ( tydac, saya termasuk manusia yang suka blak blakan ketimbang basa basi )

Sotoy banget kan ?

Its okay kalo masih dalam lingkup sifat, karakter dan lain sebagainya, karena hal itu dalam dunia psikologi pun bisa dibaca tanpa harus punya sixth sense. Tapi si Mukidi ini sudah mendoktrin saya untuk melakukan persis seperti apa yang dia baca dan itu sudah out of the rules. Contoh dari Mukidi ;

Kamu kalo tidur posisinya jangan telentang tapi kayang. Besok-besok jangan telentang lagi ya.

Kamu itu cocoknya kerja di darat bukan di air. Besok berenti jadi tukang akuarium ya.

Kamu itu nggak pas buat pelihara kucing. Besok pelihara undur undur ya. 

Lah lo siapa gua anjir ? Ngatur-ngatur hidup orang. Gini deh, sepintar pintarnya orang dengan ramalannya, dia bukan Tuhan yang tau segalanya. Belum kelar soal itu, Mukidi kembali melancarkan serangan.

“Mbak, saya bisa baca pikiran mbak saat ini loh ?”

Hah ?

Serius ?

Se-nggak-sopan-itukah ?

Ada yang lebih privasi dari ukuran beha, yaitu isi otak manusia, pikiran manusia. Yang tau isi pikiran ya cuma manusia dan Tuhan-Nya. Ibarat kayak tamu, belum dibukain pintu eh dia udah masuk duluan tanpa harus lewat pintu, terobos tembok aja gitu.

Nggak ada yang bisa disalahin juga si. Ya namanya itu kemampuan bawaan yang udah dikasih Tuhan. Biar gimana pun ya harus di syukuri karena itu adalah kelebihan yang nggak semua manusia punya.

Ada yang bisa mengendalikan, ada juga yang gak bisa. Tapi ya pesan saya, jangan disalahgunakan. Hormati privasi orang lain. 

Jangan kayak Mukidi, yang belum kenal tiba-tiba datang dengan ngaku-ngaku peramal. Salah pulak. Eh ujung-ujungnya minta nomer hempon. Jadi tadi itu ngaku punya sixth sense hanya untuk terlihat keren dan  hanya modus semata ? 

Ingin ku bertanya padanya,

Mukidi, sebutkan lima nama ikan ?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

COPYRIGHT © 2017 · PERMANA BELLA | THEME BY RUMAH ES