Selasa, 02 Mei 2017

Kenapa Harus Move On ?




Kemarin adek kelas saya sempet nanya, Kak gimana caranya move on ? Gampang kok, jangan diingat-ingat lagi. Lupain aja. PLAK! *nampar pipi sendiri* Setelah ngomong gitu, pengen rasanya saya ngelelepin diri di laut terus membaur sama ubur-ubur dan pacaran sama Squidward.

Move on ya, hmm. Ini bukan pertanyaan yang mudah si, untuk menjawabnya saya harus buka buku RPAL dulu. Nggak nyambung ya ? Ya, namanya juga move on, harus di-nggak-sambungin dulu baru lupa.

Apa Itu Move On ?

Menurut Google, move on adalah kata serapan dari bahasa inggris yang artinya pindah. Jadi artinya bukan hanya tentang melupakan seseorang doang, contohnya gini :

Kacang : Lo betah banget si nge kost disini ? Sumpek tau, move on laah
Polong : Hidup lo gini-gini aja, hambar banget. Move on dong

Disini yang akan saya bahas adalah move on tentang melupakan seseorang. Move on bukan hanya tentang mantan. Bisa juga teman dekat, teman tapi mesrah, teman tapi basah atau teman tapi mendesah. Sekip.



Move on terdiri dari 3 elemen:


·         Perasaan

·         Kenangan

·         Orang yang di  move on-kan
 

Yang paling pertama harus di action adalah point nomor satu. Perasaan.

Bukan hal yang mudah memang untuk melupakan apalagi menghilangkan perasaan terhadap orang yang kita sayang. Kebiasaan-kebiasaan lama yang dulu dilakukan bersama, sekarang hanya tinggal memori yang otomatis terarsip di otak. Sebenarnya, kita nggak bisa mengatur perasaan kita sendiri. Semua kadang terjadi diluar nalar, kenapa bisa begini, kenapa bisa begitu, dan lain sebagainya. Tapi perlu diingat, kita di ciptakan oleh Tuhan dengan kemampuan bersugesti. Ya, sugesti. Kita bisa memberikan sugesti kepada diri kita sendiri bahwa kita bisa dan mampu. Semua tergantung niat, mau terus-terusan terpuruk sementara si dia sudah bahagia atau mencoba bangkit dan membuktikan bahwa bahagia kita bukan hanya dari dia.

Yang kedua. Kenangan.

Menurut saya, ini opsional. Saya sendiri ga pernah mencoba untuk benar-benar melupakan kenangan-kenangan yang sudah terjadi, cukup dengan ikhlas dengan keadaan maka semua akan terasa baik-baik saja. Karena ikhlas adalah koentji. Toh, kenangan itu bisa jadi cerita yang menarik untuk anak cucu. 


Yang terakhir. Siapa yang di move on-kan.

Semakin sering kita bertemu dengan dia, maka semakin sulit pula untuk melupakannya. Jangankan ngobrol, sekilas melihat wajahnya saja udah langsung bikin kita ingat yang dulu-dulu. Tapi ini terkoneksi nyata dengan point nomor satu. Kalo kita sudah berhasil menghilangkan perasaannya, mau bertemu sedekat apapun juga pasti rasanya biasa saja.

Kesimpulan

Move on bukanlah sesuatu yang menyeramkan. Move on adalah tantangan dimana kita akan naik satu tingkat ke level yang lebih tinggi lagi. Karena bagaimana dan kenapa seseorang move on, secara tidak langsung menggambarkan sampai mana sifat kedewasaannya.
Move on juga nggak harus punya yang baru. Karena itu hanya akan jadi sebatas “pelampiasan”. That’s the fact. Keputusan untuk tetap tenggelam dalam kesedihan atau bangun menata masa depan adalah pilihan. Berhenti mendoktrin hati untuk harus lupa dari si dia, just let it flow. 


Cobalah mencari kesibukan untuk meminimalisir adanya “lonely moment” paska berakhirnya sebuah hubungan. Mengembangkan hobi contohnya. Seiring berjalannya waktu, kamu akan move on dengan sendirinya karena kegiatan-kegiatan yang kamu lakukan. 

Sekali lagi, kuncinya cuma satu. Ikhlas.

Dan jangan lupa bahagia ^^






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

COPYRIGHT © 2017 · PERMANA BELLA | THEME BY RUMAH ES