Kemarin adek
kelas saya sempet nanya, Kak gimana caranya move on ? Gampang kok, jangan
diingat-ingat lagi. Lupain aja. PLAK! *nampar pipi sendiri* Setelah ngomong
gitu, pengen rasanya saya ngelelepin diri di laut terus membaur sama ubur-ubur
dan pacaran sama Squidward.
Move on ya, hmm. Ini bukan pertanyaan yang mudah si, untuk menjawabnya saya harus buka buku RPAL dulu. Nggak nyambung ya ? Ya, namanya juga move on, harus di-nggak-sambungin dulu baru lupa.
Apa Itu Move On ?
Menurut Google, move on adalah kata serapan
dari bahasa inggris yang artinya pindah. Jadi artinya bukan hanya tentang
melupakan seseorang doang, contohnya gini :
Kacang : Lo betah banget si nge kost
disini ? Sumpek tau, move on laah
Polong : Hidup lo gini-gini aja,
hambar banget. Move on dong
Disini yang
akan saya bahas adalah move on tentang melupakan seseorang. Move on bukan hanya
tentang mantan. Bisa juga teman dekat, teman tapi mesrah, teman tapi basah atau
teman tapi mendesah. Sekip.
Move on
terdiri dari 3 elemen:
·
Perasaan
·
Kenangan
·
Orang
yang di move on-kan
Yang paling
pertama harus di action adalah point nomor satu. Perasaan.
Bukan hal
yang mudah memang untuk melupakan apalagi menghilangkan perasaan terhadap orang
yang kita sayang. Kebiasaan-kebiasaan lama yang dulu dilakukan bersama, sekarang
hanya tinggal memori yang otomatis terarsip di otak. Sebenarnya, kita nggak
bisa mengatur perasaan kita sendiri. Semua kadang terjadi diluar nalar, kenapa
bisa begini, kenapa bisa begitu, dan lain sebagainya. Tapi perlu diingat, kita
di ciptakan oleh Tuhan dengan kemampuan bersugesti. Ya, sugesti. Kita bisa
memberikan sugesti kepada diri kita sendiri bahwa kita bisa dan mampu. Semua
tergantung niat, mau terus-terusan terpuruk sementara si dia sudah bahagia atau
mencoba bangkit dan membuktikan bahwa bahagia kita bukan hanya dari dia.
Yang kedua.
Kenangan.
Menurut
saya, ini opsional. Saya sendiri ga pernah mencoba untuk benar-benar melupakan
kenangan-kenangan yang sudah terjadi, cukup dengan ikhlas dengan keadaan maka
semua akan terasa baik-baik saja. Karena ikhlas adalah koentji. Toh, kenangan
itu bisa jadi cerita yang menarik untuk anak cucu.
Yang terakhir.
Siapa yang di move on-kan.
Semakin
sering kita bertemu dengan dia, maka semakin sulit pula untuk melupakannya.
Jangankan ngobrol, sekilas melihat wajahnya saja udah langsung bikin kita ingat
yang dulu-dulu. Tapi ini terkoneksi nyata dengan point nomor satu. Kalo kita sudah
berhasil menghilangkan perasaannya, mau bertemu sedekat apapun juga pasti
rasanya biasa saja.
Kesimpulan
Move on
bukanlah sesuatu yang menyeramkan. Move on adalah tantangan dimana kita akan
naik satu tingkat ke level yang lebih tinggi lagi. Karena bagaimana dan kenapa
seseorang move on, secara tidak langsung menggambarkan sampai mana sifat kedewasaannya.
Move on juga
nggak harus punya yang baru. Karena itu hanya akan jadi sebatas “pelampiasan”. That’s the fact. Keputusan untuk tetap
tenggelam dalam kesedihan atau bangun menata masa depan adalah pilihan. Berhenti
mendoktrin hati untuk harus lupa dari si dia, just let it flow.
Cobalah mencari
kesibukan untuk meminimalisir adanya “lonely
moment” paska berakhirnya sebuah hubungan. Mengembangkan hobi contohnya. Seiring
berjalannya waktu, kamu akan move on dengan sendirinya karena kegiatan-kegiatan
yang kamu lakukan.
Sekali lagi,
kuncinya cuma satu. Ikhlas.
Dan jangan
lupa bahagia ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar