Kamis, 09 November 2017

Micin dan Polemik Keviralannya

Source

Saya muak. Netijen di semua social media selalu berkoar soal bumbu dapur satu ini, micin. Salah ucap sedikit, otak micin. Kepo dikit, otak micin. Telmi dikit, otak micin. Kangen dikit, hati micin.  Ingin menghina netijen, tapi saya juga netijen. 

Ada apa sih sama micin ? Saya suka ngemil chiki, diberi tittle generasi micin oleh 2 orang sekaligus, yang dua-duanya adalah calon dokter. Apa ini ? Apakah bersangkutan dengan profesi mereka kelak ? Atau saya hanya dijadikan sebagai bahan penelitian ilmiahnya soal micin ?

Padahal manfaat micin untuk tubuh itu banyak loh Mbak, Sis, Tante, Om. Micin mengandung glutamat yang dibutuhkan oleh tubuh karena perannya dalam membentuk protein. Selain membantu pengiriman sinyal-sinyal dalam otak, glutamat juga membantu fokus, ingatan, serta konsentrasi. Glutamat juga memudahkan otak dalam mempelajari hal-hal baru.

Ketakutan akan efek “kebodohan” yang ditimbulkan micin sudah ada sejak zaman kakek nenek dulu, sejak demo masih bersubjek ‘DEMO PEMAKZULAN PAK RT’ bukan demo bersubjek angka cantik nan ciamik. Yang membuat orang susah mengingat. Demo 000 ini demo yang mana ya ?

Micin nggak menyebabkan kebodohan, kerusakan jaringan otak, kerinduan yang berlebihan, dll. Micin hanya bumbu masak yang sering di kambing hitamkan.

Dikutip dari website www.duniainformasikesehatan.com , WHO sudah menetapkan micin aman dikonsumsi jika tak melebihi 6 gram. Sementara orang Indonesia rata-rata hanya mengonsumsi sebanyak 0,6 gram per harinya, jauh dari batas aman yang sudah ditetapkan. Jadi tidak membahayaken djiwa, kecuali ada yang suka gadoin micin layaknya meses.  

Micin ngambek, kelar idup lu
Tapi kenapa masyarakat menjadi over sensitive, semua di sangkut pautkan dengan micin. Ada guru menganiaya muridnya, dibilang kebanyakan makan micin. Mbak ATT salah grammar di caption instagram, dibilang kebanyakan menghirup micin. Mbak AN menjiplak karya orang dengan tag ‘WARISAN’ dibilang kalo masak, micinnnya segenggam bukan sejumput.

Kesimpulannya, micin = bodoh. Whattheffff…???!!! Micin lama-lama menjadi kata penghakiman.

Coba bayangkan bagaimana perasaaan ratusan butiran-butiran micin itu.

Butiran 351 : “Duh gusti, apa dosa kita ya, sudah lelah kita dihina-hina seperti ini oleh kaum manusia dan makhluk semesta lainnya.”
Butiran 69 : “Iya, padahal kita yang membuat mereka tetap hidup.”
Butiran 574 : “Tetap hidup bagaimana maksudnya ?”
Butiran 134 : “Tanpa kita, masakan jadi nggak enak, kalo masakan nggak enak pasti nggak dimakan, kalo nggak dimakan pasti mati. Tanpa kita, manusia bisa punah.”
Tissue toilet : “Nggak usah ngeluh wey ! Liat gua nih !”

Seperti apa sih definisi generasi micin yang sesungguhnya ? 

Hati-hati, jaman sekarang beda pendapat bisa memicu peperangan. Perbedaan pendapat dapat menjadi dasar netijen saling melaporkan dengan kasus “Perbuatan Tydac Menyenangkan”.

Saya, yang sebagai netijen-pengamat-netijen-lainnya sebenarnya beranggapan bahwa cemooh micin hanyalah gurauan belaka, tapi lama-lama makin banyak kicauan tentang micin yang kontradiktif, jadi seperti menyebarkan isu bahwa micin dapat menyebabkan kebodohan adalah benar. Banyak netijen sotoy yang berkomentar seolah jubir dari tim peneliti WHO. Keliatan lah komentar orang sotau pasti nggak berbobot dan asal tembak.

Source
Banyak hoax soal micin, belum lama ini saya melihat salah satu postingan netijen di Facebook yang berisi tentang curhatan seorang ibu muda yang ketakutan karena terpengaruh oleh banyaknya kicauan negatif soal micin. 
S E R I O U S L Y ??!!
Dan kemudian saya bingung.

Si ibu muda yang terlalu menelan mentah-mentah omongan di social media atau si sotoy yang kalimatnya benar-benar meracuni siapapun yang membacanya. Yaudahlah yang penting jangan teracuni oleh postingan-postingan fake nya Mbak AN.

Jadi, pembahasan ini soal micin atau soal Mbak AN ?

Soal Mbak AN yang micin.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

COPYRIGHT © 2017 · PERMANA BELLA | THEME BY RUMAH ES