Senin, 29 Mei 2017

Menyingkap Tabir Tentang Keperawanan



Source

Saat ini seks dan keperawanan masih dianggap hal yang tabu untuk dibicarakan.  Memang, keperawanan  identik dengan simbol kesucian seorang  wanita. Mirisnya, sampai detik ini masih banyak masyarakat dengan paradigma bahwa keperawanan seolah menjadi satu-satunya tolak ukur kehormatan seorang wanita.Membanding bandingkan ‘si perawan’ dan ‘si tidak perawan’, mendiskriminasi salah satu pihak dengan beralaskan pola pikir lama. Si perawan di Tuhankan, si tidak perawan di hinakan. Tanpa melihat latar belakangnya. 

Lantas bagaimana dengan laki-laki yang masih perjaka dan tidak perjaka ?

Lagi-lagi ini soal kesetaraan gender. Kenapa keperawanan seorang wanita di permasalahkan sementara keperjakaan seorang laki-laki diacuhkan ? Masyarakat mendadak menjadi kaum apatis jika sudah menyerempet soal keperjakaan. Dalam kasus yang lebih kompleks lagi, apakah keperawanan menjadi satu-satunya kunci kebahagiaan dalam sebuah kehidupan rumah tangga ? Ditentukan oleh sebuah selaput ? Lalu untuk apa adanya sebuah kepercayaan dan komitmen untuk menerima setiap kekurangan masing –masing pasangannya ? 

Semua orang punya masa lalu

Jika wanita sudah kehilangan keperawanannya, apakah itu kehendaknya ? Sedikit melirik kepada kasus-kasus pemerkosaan di Indonesia.Yang terekspos di media hanya sebagian kecil dari sekian banyaknya kasus. 

Banyak saya lihat, wanita-wanita hebat yang mampu bangkit dari kelamnya masa lalu. Membangun kembali harapan ditengah keputusasaan dan merajut keberanian demi kehidupan yang lebih baik lagi. Percayalah, itu bukan hal yang mudah.

Lain cerita jika wanita hilang keperawanannya karena seks bebas. Sengaja atau tidak di sengaja, seks bebas adalah salah. Mayoritas menganggapnya budaya, dan tetap merasa baik-baik saja walaupun sudah kehilangan mahkotanya bersama yang bukan muhrimnya. Sebagian lagi, pasti merasa kecewa dan menyesal. 

Tapi jika sudah terlanjur ? Sedalam apapun penyesalan, tidak akan bisa mengubah apa yang sudah terjadi. Pilihannya ada pada diri sendiri. Tetap tenggelam dalam sesal atau bangkit dan memperbaiki diri ? Tidak pernah ada kata terlambat untuk berubah.

Untukmu yang masih perawan… Pertahankan kesucianmu. Mahalkan harga dirimu. Junjung tinggi martabatmu. Karena kelak itu akan menjadi hadiah. Tapi… Jangan menyombongkan apa yang sekarang kau banggakan, karena kebaikan dan kebersihan hati bukan hanya tentang keperawanan. 

Untukmu yang sudah tidak perawan… Jangan terus menyalahkan diri sendiri. Berhenti memaki keadaan, karena itu sama sekali tak berguna. Perjalanan tidak harus terhenti hanya kerena jatuh di sebuah lubang. Bangkit dan lawanlah. 

Source
Si perawan belum tentu lebih baik dari si tidak perawan. Pun sebaliknya. Hanya hati yang menjadi pembeda, bukan sebuah selaput. 

Si perawan dan si tidak perawan adalah sama. Sama-sama wajib memperbaiki diri. 

Si perawan dan si tidak perawan adalah sama. Sama-sama wanita yang patut di muliakan.

Si perawan dan si tidak perawan adalah sama.  Sama-sama berhak mendapatkan laki-laki yang mampu membuatnya lupa bahwa ia pernah terluka.



Salam Revolusioner

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

COPYRIGHT © 2017 · PERMANA BELLA | THEME BY RUMAH ES