Kamis, 24 Juni 2021

Suara Hati Seorang Emak Kucing (part I) : Mouli Hilang

Untuk orang lain, kucingku hanya sebatas hewan.

Untuku, dia lebih dari itu. 

Dia bagian dari keluarga kami.

~

Ini pertama kalinya kucing saya nggak pulang selama 2 hari. Biasanya dia nggak pernah main jauh-jauh dari rumah. Keluar gerbang saja nggak berani. Dan hal ini jadi pengalaman traumatis untuk saya. 

Kronologisnya begini :

Saya hanya tinggal berempat dirumah. Saya, kedua adik saya yg doyan jajan dan seekor buntelan bulu tempramental bernama Mouli. Bersebelahan dengan Om dan Tante.


Orang tua kami tinggal di Depok dan kebetulan ada rumah di daerah Puncak. Setiap weekend kami biasanya menghabiskan waktu di Puncak. 

Saya berangkat ke Puncak hari Sabtu, menitipkan Moli ke teteh karyawannya mama. Setiap kami pergi ninggalin rumah, si teteh biasanya saya sarankan untuk menginap. Beliau sendiri senang kalo diminta menginap karena nggak perlu bolak-balik pulang ke rumahnya. 

Hari senin malam saya selalu kepikiran Mouli, punya perasaan nggak enak. Bawaannya selalu pengen pulang ke rumah tapi orang tua gak mengizinkan. Disatu sisi, saya yakin orangtua saya melarang saya pulang karena masih rindu sama anak-anaknya, terutama mama. 

Hari selasa pagi, si teteh telepon sambil nangis sesenggukan. Ternyata beliau ngasih kabar kalo Mouli nggak pulang-pulang. Beliau udah nyari keliling tapi tetap nggak ketemu. Setelah saya tanya kenapa Mouli bisa hilang, ternyata karena beliau teledor, melepas mouli semalaman dan lupa diajak masuk. 

Saya kaget. Terpukul. Marah. Detik itu juga saya langsung pulang ke rumah. Nahan air mata dan amarah di sepanjang jalan. Bayangkan, sekhilaf apa saya bawa mobil sampe perjalanan Puncak-Gunung Putri cuma ditempuh dalam waktu 30 menit. Astagfirullah, saya jangan dicontoh, dirindukan saja. 

Sesampainya dirumah, saya langsung cari ke seluruh sudut yg memungkinkan Mouli untuk ngumpet. Di dalem lemari, di belakang kulkas tapi tetap nggak ketemu juga. Akhirnya saya putuskan untuk cari keliling komplek naik motor. Siang-bolong sambil nahan air mata saya nyari Mouli ke daerah perkampungan di belakang rumah, ke setiap cluster, bahkan sampai ke pasar. 

Tetangga, warga terdekat, satpam sudah saya tanya satu-satu sambil saya kasih lihat foto Mouli, hasilnya nihil. Nggak ada satupun yg lihat. Saya semakin lemas dan akhirnya air mata saya tumpah di jalan. Saya pulang ke rumah karena udah nggak kuat nahan tangis. Si teteh menghampiri saya masih dengan perasaan bersalahnya yg mendalam. Saya hanya bisa diam. Saya nggak mau keluar kalimat yg tidak seharusnya karena saya masih sedih luar biasa. Ketika saya emosi, saya lebih baik diam dan luapkan kemarahannya lewat air mata daripada berkata-kata yg kemudian menyakiti hati orang lain. 

Sore hari, saya masih lanjut keliling lagi cari Mouli karena sore biasanya hujan. Pikiran saya semakin kalut, kepikiran gimana seandainya dia kehujanan dan ketakutan. Tapi Mouli tetap nggak ketemu. Pikiran saya sudah nggak fokus. Berkali-kali saya telepon mama untuk minta support.  

Bella : "Ma, aku sedih banget gimana seandainya Mouli diculik orang jahat terus dijadiin makanan kaya kasus-kasus di instagram."

Mama : "Udah, husnudzan saja semoga Mouli diketemukan sama orang baik. Mama tau pasti berat rasanya kehilangan Moli, sama seandainya mama kehilangan anak-anak mama (hati saya dengar ini langsung nyess). Istighfar terus supaya hatimu dilunakkan."

Setelah itu saya baca yg disarankan orang2 ketika kita kehilangan sesuatu, 

YAA ALLAHU YAA SHAAHID

( Ya Allah Yang Maha Melihat) sebanyak 100 kali. 

Lalu, 

YA JAAMIA'AN NAASI LI YAUMIL LAA RAIBA FIIH, IJMA'ALAYYA DHOLLATII

(Ya Allah, Yang Mengumpulkan Manusia pada hari yang tidak ada keraguan padanya, kumpulkanlah apa-apa yang hilang kepadaku semula)

Kemudian baca Surah Yaasin dan berdoa supaya apa yg hilang cepat diketemukan. 

Menjelang magrib, saya sudah pasrahkan semuanya sama Allah. Saya hanya mendoakan yg terbaik untuk Mouli. Kalo dia masih hidup, semoga dia tau jalan pulang ke rumah dan dilindungi dari kejahatan yg ada dijalanan. Kalo dia ditemukan sama orang dan nggak di kembalikan ke saya, semoga orang itu adalah orang yg baik dan mau merawat mouli dengan tulus. Kalo mouli ternyata udah mati, semoga ada seseorang yg menemukan mayatnya dan menguburkannya dengan layak. Saya belajar mengikhlaskan kembali. Mungkin jodohnya sudah selesai, kata saya. 

Saya bisa punya kucing atas kehendak Allah dan saya bisa kehilangan kucing bisajadi atas kehendak Allah juga. Allah berhak memberi, Allah juga berhak mengambilnya. 

Mata saya sudah bengkak. Badan saya sudah lemas luar biasa karena keliling seharian dan nangis sepanjang hari. Boro-boro ingat makan. Akhirnya saya putuskan, rabu sore selesai untuk pencarian Mouli. 

Lanjut part II 

http://permanabella.blogspot.com/2021/06/kata-hati-seorang-emak-kucing-part-ii.html?m=1



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

COPYRIGHT © 2017 · PERMANA BELLA | THEME BY RUMAH ES