Senin, 05 Maret 2018

Menikah Dan Kuliah Sama Sama Salah




Udahlah, perempuan mah nggak usah sekolah tinggi tinggi. Nanti juga ujung-ujungnya di rumah, masak, nyuci sama ngurus anak. –Mukidi A, 23 tahun, karyawan swasta, hobi ngabisin stok kopi orang.

Gue nyari perempuan yang bisa masak, yang rajin, ulet, bisa ngurus suami dan betah di rumah. Gak usah kerja karena gue udah kaya – Mukidi B, 28 tahun, wirausahawan, jago main karambol, imigran gelap dari Zootopia.

Pendidikan emang penting, tapi kalo untuk perempuan kayaknya gak penting-penting amat karena emang perempuan kodratnya jadi ibu rumah tangga. Kakak gue lulus S2 abis itu langsung married, S2 nya gak kepake. –Mukidi C, 25 tahun, manusia.

Dear all Mukidi’s, kalian mau cari istri apa pembantu ? 

Apa gunanya Kartini memperjuangkan emansipasi kalo saat ini masih banyak pemikiran pemikiran inferior kayak gitu ? 

Se-tidak penting itukah pendidikan untuk perempuan ? 2018 dan sepertinya banyak adam adam diluar sana yang perlu ditatar dengan kartini kartini. Agar paham dan tidak menyetarakan istri dengan pembantu, seolah keterampilan beres-beres rumah adalah value terpenting dalam hal memilih.

Iya iya, tau kok. Suami perlu diurus, anak juga harus di besarkan, tapi jangan jadikan itu alasan untuk perempuan mengesampingkan pendidikan. 

Kalian harus ingat bahwa guru pertama dari seorang anak adalah Ibunya. Karena pendidikan anak dimulai dari memilih siapa Ibunya. Sebagai contoh untuk anak-anaknya.

Saya sendiri sebagai perempuan, nggak mau jadi perempuan yang terbelakang, yang nggak tau apa-apa, kopong aja gitu kayak tahu bulat digoreng dadakan lima ratusan. Minimal harus punya ilmu yang suatu saat nanti bisa dibagikan ke anak-anak saya. 

Jadi seandainya anak saya atau ponakan saya ada yang nanya sesuatu, saya bisa jawab. Nggak bego bego amat gitu.

Ilmu itu tak terbatas, tak tergerus masa. Ilmu juga bisa mengubah derajat seseorang. Semakin kita berilmu, semakin segan pula orang lain memperlakukan kita. Nggak dianggap sebelah mata.

Banyak kok diluar sana mamah mamah yang tetap cari ilmu walau sudah bersuami dan beranak.

“Iya itu yang duitnya banyak, pembantunya seabrek, rumah dan anak ada yang ngurusin”

Oke santai. Jangan nge gas dulu.

Semua kembali ke niat masing-masing. Kalo memang punya niat dan tekad yang kuat, akan selalu ada jalan. Nggak ada yang nggak mungkin. 

Dan perempuan berpendidikan tinggi bukan untuk menyetarakan “kedudukannya” dengan laki-laki kok. Bukan juga menuhankan dan berpedoman “Woman Is World”. Aduh, nggak banget. Tetap ada beberapa hal yang menjadi lingkup laki-laki. 

Semua orang punya pilihan hidupnya masing masing. Mau mengedepankan atau mengacuhkan ilmu ya silahkan. Mau jadi mama rumah tangga, silahkan. Mau jadi dedek kuliahan juga silahkan.

Dan, pilihan saya adalah mengedepankan pendidikan, nggak ada yang berhak mendoktrin agar perempuan nggak usah sekolah tinggi-tinggilah inilah itulah blablablab#?!#?$&%^$^+&?!!!!!!

Manusia pasti punya kapasitas dirinya masing-masing. Tapi jangan merendahkan perempuan dengan cara yang terselubung gitu dong.

Laki-laki atau perempuan berhak mendapatkan kesetaraan  pendidikan yang sama. Agar bangsa ini bisa maju tanpa memandang gender. Ingat ya, kesetaraan pendidikan.

Lagian, suami mana sih yang nggak pengen punya istri pinter.

Jadi, saya itu harus kuliah dulu baru nikah ? Atau nikah dulu baru kuliah ?

Ya intinya saya akan terus memantaskan diri untuk siapapun yang akan menjadi jodoh saya kelak.

Hasik.





1 komentar:

COPYRIGHT © 2017 · PERMANA BELLA | THEME BY RUMAH ES