Source |
Baru-baru
ini publik di kejutkan dengan pemberitaan dari BPOM bahwa ternyata ada “susu”
yang tidak mengandung susu. Yha, iyalah susu kental manis yang ternyata hanya krimer
yang mengatasnamakan sebagai susu.
Penny K.
Lukito selaku ketua BPOM menyataken bahwa susu kental manis mempunyai kandungan
susu yang dikentalkan sebelum ditambah gula dan menjadikannya manis.
“Air (susu)
–nya dikeluarkan, di evaporate, di condense, dikentalkan kemudian ditambah
gula. Jadi lemaknya tekonsentrasi lalu ditambah gula” –dikutip dari Tribunnews.com
Usut punya
usut ternyata susu kental manis ini masih mengandung susu tapi hanya secuil.
Lalu kenapa dinamakan susu sementara kandungan gulanya lebih dominan dibanding
susunya ? KENAPA ?!
Tapi, banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari sini. Jika susu diibaratkan cinta, maka kasus ini jadi bahan yang pas untuk jadi pembahasan.
Mengonsumsi
susu yang tidak mengandung susu sama saja dengan cinta bertepuk sebelah tangan
namun terlanjur menjalin hubungan. Jadi hubungannya hanya sekedar status. Cuma
biar nggak dikatain jomblo aja~
Sudah
dijalani berbulan bulan bahkan bertahun tahun eh tau tau dengar berita dari
tetangga “Eh eh, kamu mesti tau, dia tu
nggak cinta kamu lho”
Karena
minimnya informasi dan malas mencari tau akhirnya dikau percaya begitu saja
dengan kata tetangga yang akhirnya meng-ambyar-kan hubunganmu.
Begitupun
dengan susu kental manis, minimnya informasi membuat masyarakat skeptis kemudian
kecewa. Karena ‘susu’ yang selama ini menjadi minuman penambah nutrisi keluarga
malah ternyata tidak mengandung susu. Sama
kecewanya ketika kau tau pacarmu tak mencintaimu ketika kau sedang sayang
sayangnya.
Dibohongi
susu dan dibohongi cinta memanglah kasus yang berbeda. Tapi kecewanya sama. Maka
dari itu, untuk memilih cinta dan memilih susu memang nggak boleh sembarangan.
Harus diteliti baik-baik. Di cek daftar kandungan gizi dan ‘gizi’ nya.
Kalo susu
harus mengantongi sertifikat kelayakan nutrisi dari BPOM. Pilih cinta harus lah
pake feeling dan insting, kalo perlu, pake surat keterangan belum menikah dari
Pak RT setempat. Jaga-jaga siapa tau pacarmu ternyata sudah berumah tangga dan
kau hanyalah selingannya. Seperti kelakuannya Om Anu.
Makannya,
social media pacarmu itu mbok ya di
kepoin. Diliat track record nya dari tahun ke tahun. Minimal sampe ketemu
foto-foto dia pas lagi alay-alaynya. Walaupun socmed tidak menjamin, tapi ya
kan setidaknya kamu tau dikit tentang dia. Apalagi kalo pacarmu tipikal makhluk
yang ‘tiada hari tanpa update’, kadang suka kode lewat update statusnya. Huft.
Jadi, kesimpulannya
adalah harus pintar dalam memilih. Harus banyak kepo. Harga tidak jadi jaminan.
Yang murah belum tentu aman. Begitupun dengan yang cakep belum tentu
membahagiakan~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar