Kamis, 24 Agustus 2017

Tragedi Resleting


Source

Semua orang pasti punya celana atau rok atau atasan yang ada resletingnya, nggak mungkin nggak punya. Atau ada yang memang beneran nggak punya ? Kesian… Okay, di postingan kali ini tujuannya bukan untuk menghina si mereka-yang-nggak-punya-outfit-beresleting, tapi untuk membahas kejadian - kejadian yang berhubungan dengan alat kecil tapi berguna bagi kehidupan, resleting. Bayangkan jika kita hidup tanpa resleting. Hampa. #TerimaKasihResleting

For Your Information, Indonesia menerapkan seragam sekolah sejak zaman penjajahan Jepang dulu untuk kedisiplinan, tapi waku itu belum di tetapkan warna untuk tiap jenjang pendidikan, sampai akhirnya pada masa pemerintahan Soekarno, ditetapkanlah seragam sekolah yang lalu dipatenkan tiap warnanya untuk tiap jenjang, hal itu dimaksudkan untuk menutupi kesenjangan sosial antar siswanya. 

Seragam sekolah di Indonesia untuk perempuan memakai rata-rata memakai rok, yang resletingnya semua di belakang, kalo ada yang liat resletingnya di depan itu berarti makenya kebalik.

Source

Zaman saya SMP dan SMA, sering banget ngalamin kejadian lupa tutup resleting. Sedang asik-asiknya jalan ke kantin, dengan pasang muka abis gajian tiba-tiba ada yang berbisik “Sstt, resletingnya tuh”. Seketika badan saya langsung saya pepetin ke tembok, lalu nutup resleting, dan membayangkan berapa juta umat manusia yang sudah lihat daleman saya. Warga sekitar, satpam sekolah, guru-guru, gebetan, mantan, lalu selingkuhan. 

Sungguh mengenaskan. 

Tapi, untungnya resleting seragam perempuan itu di belakang, coba kalo di depan terus lupa ditutup, walaupun bikin selangkangan jadi adem tapi tetep aja kejadiannya pasti akan lebih horror, terlebih resleting di rok perempuan itu lebih panjang dari resleting di celana laki-laki.

Source

Sejak kejadian itu saya lebih teliti ngecek resleting sebelum berangkat sekolah, setelah ditutup saya memastikan kembali bahwa resletingnya nggak longgar. Saya juga jadi gencar memperhatikan rok rok dari murid perempuan yang lain, saya nggak mau mereka merasakan hal memalukan seperti yang saya alami. 

Jadi, begitu ada murid lain yang lupa nutup resletingnya, saya akan langsung membekap mereka dari belakang dengan menggunakan sapu tangan yang sudah ditetesi obat tidur, lalu menyeretnya ke gudang sekolah, lalu saya akan menutup resletingnya secara perlahan, dan mereka akan terbangun dalam keadaan resleting sudah tertutup. 

Itu murid perempuan, kalo murid laki-laki, lain cerita. Saya nggak akan berani membekap apalagi menyeretnya ke gudang. Takut khilaf.

Yang apesnya, zaman saya SMP itu saya punya temen yang jailnya overdosis. 

Namanya Virginia, cantik bening tapi otaknya lumutan. Nalarnya nggak jalan. Lha gimana nggak, saat resleting saya kebuka, dia malah masukin kertas dan plastik bekas bungkus chiki ke dalam rok saya lewat lubang resleting, dan itu dilakukannya dengan tertawa terbahak-bahak seolah tanpa dosa. Di kantin pula. Bodohnya lagi saya malah ikut ketawa dan nimpali “Nggak sekalian aja masukin koin ?”. Otak saya jamuran.

Bukan cuma perempuan yang sering lupa tutup resleting, laki-laki juga sering, bahkan lebih sering. Dan perempuan menjadi makhluk yang serba salah kalo liat laki-laki yang lupa tutup resleting. Pernah ketika saya sedang didalam angkutan umum, di APTB, saya duduk persis di sebelah mas mas yang resletingnya lupa ditutup. 

Mau pindah kursi, tapi sudah penuh. Mau berdiri, tapi Bogor – Cawang itu jaraknya lumayan jauh dan saat itu saya pake sepatu heels. Yasudah akhirnya saya duduk dengan perasaan was was, takut tiba-tiba burungnya lepas terus terbang. Percayalah, saya males nangkep.


Saya juga tipe manusia yang berfikir ribet. Saya mau ngasih tau kalo resletingnya kebuka tapi saya sendiri sebagai perempuan, malu . Dan kalo saya kasih tau pasti dia juga malu. Saya nggak mau membuat dia merasa malu karena sudah saya kasih tau. 

Tapi kalo nggak saya kasih tau pasti dia akan tambah malu. Bisa saja dia mau berangkat ke kantor untuk presentasi, tapi di tengah presentasi dia mempermalukan diri sendiri karena lupa tutup resleting dan saya nggak  ngasih tau kalo resletingnya kebuka waktu lagi di APTB. Pada akhirnya, saya lah yang merasa berdosa. Hiks.

Seketika saya langsung mikir, kalimat apa yang harus saya ucapkan untuk ngasih tau  ke mas-masnya itu. Saya buat menjadi 2 opsi :

1.      Versi Formal

“Mas, maaf resletingnya kebuka”
“Mas, maaf celananya di cek dulu, mending ditutup sekarang mumpung belum banyak yang liat.”
“Mas, maaf, itu…” *nunjuk ke resleting yang kebuka*

2.      Versi Becanda

“Mas, burungnya kegerahan ya?”
“Mas, kasian tuh burungnya kedinginan.”
“Mas, burungnya burungnya pengen keluar tuh, kandangnya udah kebuka.” 

Dan akhirnya saya putuskan untuk pake versi kompilasi,

“Mas, maaf resletingnya kebuka *nunjuk resleting* kasian nanti dia kedinginan.”

Si masnya langsung terlihat panik dan buru-buru menutup resletingnya. Lalu ia menjawab dengan jawaban kompilasi juga

“Makasih mbak, untung mbak ngasih tau, kalo nggak, mungkin sampe di rumah si burung bakalan meriang dan masuk angin.”

Source

Sedikit cerita dari anaknya teman ayah saya yang punya pengalaman super epic dengan resleting. 

Alkisah kira-kira waktu itu umurnya masih lima tahun, doi pipis dan nggak pake celana dalem, mungkin karena doi sedang terburu-buru atau memang agresif, nutup resleting jadi asal, dan akhirnya yang terjadi adalah, buwungnya terjepit! 

Saya langsung membayangkan bagaimana nyerinya burung kecil itu terjepit di cengkraman gerigi resleting. Luar biasa. Khitanan yang rencananya akan digelar 2 tahunan lagi akhirnya dilaksanakan sore itu juga. Kata ibunya, “Sudah terlanjurr, Nak..”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

COPYRIGHT © 2017 · PERMANA BELLA | THEME BY RUMAH ES